Minggu, 14 September 2014

RUMAH

Air mata memang sangat berarti, paling tidak itulah kesimpulan dari percakapanku dengannya yang belakangan menjadi sahabat malamku. Air mata memang begitu berharga, hingga terkadang manusia selalu berusaha untuk menahannya agar tak mengalir lagi membasahi pipi. 

Rabu, 28 Mei 2014

Rindu

02:32
Mataku belum juga terlelap
Ia masih bekerja, mengeluarkan airmata yang memang sedari tadi mendesak hendak keluar

Resah, gelisah, rasa yang terus bercampur aduk dalam perasaan ku beberapa hari belakangan ini
Rindu. Ia menjadi hal yang selalu mengisi relung hati dan pikiranku
Aku merindu.
Rindu pada dia. Pada kalian, dan juga pada mereka.
Rasa ini terlalu menyiksaku.
Membuatku ingiiin sekali bertemu dan memeluk kalian satu persatu.
Ribuan kata maaf dan ucapan terima kasih ingin ku bingkiskan sebagai kado kepada kalian.
Aku tak punya apa-apa yang dapat kehadiahkan kepada kalian.
Hanya hadiah sederhana yang sangat berarti bagiku itulah yang mampu ku berikan.

Senin, 28 April 2014

Seharusnya Aku Bahagia

28 April 2014.
Hari ini.

Seharusnya menjadi hari yang berkesan.
Seharusnya menjadi hari yang spesial.
Tapi semuanya biasa saja.
Nothing spesial.


Minggu, 06 April 2014

Rasaku (apakah) Rasamu (?)

Kenapa harus dia? Aku pun hingga saat ini tak tau jawabannya. 
Perbincangan sore tadi bersama mereka membuat aku sadar, disekitarku masih ada orang-orang yang ingin menjalin hubungan yang lebih denganku. Kata mereka, aku yang tak bisa menerima mereka, aku yang terlalu tinggi memasang standar seperti dia (masalaluku), aku yang terlalu "konsisten" dengan kisah lalu yang telah lewat.

Minggu, 09 Maret 2014

Tulisan -Abal-Abal-

Diluar sana hujan turun.
Heeeiii... lagi-lagi saat hujan jemariku menari di atas keyboard ini. Sungguh, aku tak lagi berbual, diluar sana rintik hujan memang sedang turun, mungkin bersama tetesan embun yang juga turut menyatu bersama hujan. Tapi kalian tahu? Ternyata disaat bersamaan, bukan hanya hujan dan embun yang lagi turun membasahi malam, disini juga sedang mengalir lembut air mata ku. Ia lagi tak ingin tertinggal menyapa malam. 

Malam yang gelap, sunyi dan sangat hening.
Bahkan ketika sepasang headset kecil bertengger ditelingaku, memutarkan lagu-lagu yang (selalu) bisa membuatku ikut terhanyut. Kali ini beberapa lagu yang terputar berhasil membuatku tak dapat memejamkan mata. Anganku menerawang jauh sekali, tapi sayang, ia menerawang jauh ke sudut masalalu yang telah ku tinggalkan beberapa saat. 


Selasa, 25 Februari 2014

Personil Rumah Persahabatan

Malam ini diluar jendela ku sedang turun rintik hujan. Alunan rintik hujannya sangat merdu, menenangkan. Aku suka, dan aku bahagia mendengarkannya.

Kali ini aku ingin bercerita tentang mereka. Tiga gadis unik yang telah merangkulku menjadi saudara-saudara mereka. Memberikan uluran tangannya untukku masuk dalam lingkaran kehidupan mereka di kampus orange ku tercinta. Meskipun, pada awal kakiku melangkah masuk dalam kempus tersebut, bukan mereka yang ada disebelahku. Bukan mereka yang menemaniku melangkah. Yah, akan kuceritakan secara singkat orang pertama yang menjadi teman dekatku diawal perkuliahan. Dia seorang gadis yang tinggi dan ceria, Seorang gadis yang memiliki semangat belajar yang tinggi dan seorang gadis yang selalu ada menemaniku. Kami bersama cukup lama (dalam ukuran mahasiswa baru), namun karena sesuatu hal yang tak ingin lagi ku ingat, kami terpisah, berjalan masing-masing. Kejadian itu cukup lama, hingga pada akhirnya, disalah satu kesempatan matakuliah yang mengharuskan kami saling berinteraksi, kami pun kembali berbaikan. Namun itulah kehidupan, sama seperti sebuah guci dari tanah liat, ketika kita menggenggamnya terlalu erat, mungkin saja iya takkan terjatuh, tapi justru tangan kita yang akan membuatnya retak, bahkan pecah. Dan ketika semuanya telah terjadi, guci itu takkan pernah kembali mulus seperti sedia kala. Ada luka yang membekas disana, yang mungkin takkan pernah pulih seperti awalnya, begitu pula pada persahabatan kami. Tapi bagaimana pun aku tetap bersyukur, karena kami tak harus putus komunikasi dengan lama.

Senin, 03 Februari 2014

Kamar (Harapan) dalam Mimpiku

Hari yang melelahkan. Yah, paling tidak buat hari ini. Sebenarnya yang kulakukan bukan hal yang luar biasa, hanya sekedar merapikan dan merubah sedikit tata letak dikamar ini. Bukannya tak ingin mengubah kamar ini menjadi lebih indah, tapi nampaknya terlalu banyak barang besar yang takkan sanggup ku pindahkan sendiri, utamanya tempat tidur Ratu ini. Beratnya luar biasa, tak dapat ku geser meski hanya sesenti saja. 
Tapi aku tak nyerah, meskipun tempat  tidur gede ini tak bisa digeser sama sekali, tapi masih banyak sekali cara untuk tetap membuat kamar ini menjadi lebih baik.