Sabtu, 16 Februari 2013

Hari Ini dan Do'aku

17 Februari 2013. Hari ini.

Yah, tepat hari ini. Suhu badanku seketika panas dingin tidak menentu. Ragaku seakan-akan bergetar tanpa tahu apa sebabnya. Jemariku dingin. Keringat ku dingin, seakan-akan di tempat ini aku ketakutan. Namun, yang aku tau dan aku ingat, aku tak sakit secara raga. Aku baik-baik saja. Aku bahkan masih sempat berlari, tertawa dan melompat. Tapi aku heran. Mataku menjadi buram. Yang kulihat dari pancaran cermin didepanku, ada air yang tergenang dimataku. Aku berharap ia tak jatuh. Aku berharap ragaku masih memiliki sedikit saja tenaga untuk bisa berdiri.

Seminggu sudah airmataku terus terjatuh. Energi yang kumiliki sudah mencapai titik ERROR. "Apa yang harus kulakukan?" Itulah pertanyaanku setiap saat. Sesak. Sesaaaak sekaliii.... Yah, lagi-lagi butiran bening itu menetes. Meleleh jatuh dari sudut mataku. Aku harus kuat. Itu yang harus ku yakini.
Hari ini kau akan pergi. Mungkin untuk menuntut ilmu di tempat sana. Mungkin juga untuk melupakan semua yang telah menjadi bagian masalalumu. Mungkin juga untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi. Yah, aku berharap begitu. Semoga kau menjadi lebih baik lagi. Mendapatkan segala mimpi dari usahamu. Menjadi orang yang sukses dan meraih kebahagiaan lebih baik lagi.

Makasih, pernah menjadi warna dalam kehidupanku..

Tulisan Sampah

Lemas. Hanya itu yang kurasakan hingga saat ini. Menangis. Yah, mungkin itu menjadi pewarna hariku belakangan ini. Mendung, gelap, bahkan kusam sama sekali.

Tepat hari senin kemarin awalnya. 11 Februari 2013. Hari dimana kita terakhir bertemu. Menatap senja dari tempat kita berdua duduk bersama. Tertawa sejenak. Saling menatap, seakan semuanya memang akhir dari cerita kita. Namun raga ini merasa bahwa ada suatu hal yang aneh pada 5 menit terakhir menjelang pukul 18.00 pas. Yah, dimenit itu lah senja semakin indah di pandang. Namun aku bingung, mataku tak sanggup menatap dengan jelas. Telingaku tak lagi mendengar deburan ombak yang nyaman. Bahkan tubuhku semakin lama semakin lemas. Ku coba memperbaiki pendengaranku, ketika kau ulangi ucapanmu. Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Sesaak sekali. Aku mencoba tersenyum mendengar bisikanmu. Berharap semuanya hanya khayalanku saja. Ku beranikan mata kecil ini menatapmu. Mencari kebohongan dri matamu. Berharap semuanya salah. Namun aku engah. Aku tak mampu. Hingga akhirnya aku hanya mampu tertunduk lemas. Membiarkan jemariku perlahan menjabat jemari tanganmu. Hampa. Itu yang kurasakan. Namun tak lama kemudian aku seakan menghilang. Yang kutau hanya sesosok sahabatku yang ada dihadapanku. Menggapaiku dan memelukku erat. Aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Tak mampu berkata-kata. Aku sakit. Aku terluka. Tapi aku tak dapat menahan segalanya. Tak mungkin aku menahanmu disini bersamaku, jika memang akhirnya hatimu sudah berpihak pada orang lain.

Malam ini aku teringat. Ini malam terakhirmu di kota kecil kita. Besok kau akan pergi. Pergi menuntut ilmu dikota sana. Kau akan pergi memulai hidup barumu. Dan ku berdoa, semoga kelak kau akan menjadi orang sukses dan dapat hidup bahagia. Amin

Jumat, 01 Februari 2013

Love?

Belajar mengenal cinta menurutku bukan hal yang mudah. Selama ini aku selalu mencoba mencari apa sebenarnya cinta itu? Membuatku tak paham dengan lika-liku ceritanya. Membuatku kadang menjadi orang yang tidak paham dengan dunia nyata ini.

Sore lalu ku tatap gelapnya langit malam dari kota kecil yang ku tempati. Berusaha mencerna kembali potongan-potongan cerita yang dapat ku anggap sebagai cinta. Tapi sayang, aku masih juga tak paham. Aku menyayang. Menyayangi semua orang yang sayang padaku. Aku tersenyum. Tersenyum juga kepada semua orang yang tersenyum padaku. Aku tertawa, juga bersama mereka yang ingin tertawa bersamaku. Namun, aku juga menangis. Menangis hanya seorang diri. Seorang diri? Tidak juga. Karena kadang aku menangis bersama mereka, sahabatku, saudaraku.