Sabtu, 16 Februari 2013

Tulisan Sampah

Lemas. Hanya itu yang kurasakan hingga saat ini. Menangis. Yah, mungkin itu menjadi pewarna hariku belakangan ini. Mendung, gelap, bahkan kusam sama sekali.

Tepat hari senin kemarin awalnya. 11 Februari 2013. Hari dimana kita terakhir bertemu. Menatap senja dari tempat kita berdua duduk bersama. Tertawa sejenak. Saling menatap, seakan semuanya memang akhir dari cerita kita. Namun raga ini merasa bahwa ada suatu hal yang aneh pada 5 menit terakhir menjelang pukul 18.00 pas. Yah, dimenit itu lah senja semakin indah di pandang. Namun aku bingung, mataku tak sanggup menatap dengan jelas. Telingaku tak lagi mendengar deburan ombak yang nyaman. Bahkan tubuhku semakin lama semakin lemas. Ku coba memperbaiki pendengaranku, ketika kau ulangi ucapanmu. Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Sesaak sekali. Aku mencoba tersenyum mendengar bisikanmu. Berharap semuanya hanya khayalanku saja. Ku beranikan mata kecil ini menatapmu. Mencari kebohongan dri matamu. Berharap semuanya salah. Namun aku engah. Aku tak mampu. Hingga akhirnya aku hanya mampu tertunduk lemas. Membiarkan jemariku perlahan menjabat jemari tanganmu. Hampa. Itu yang kurasakan. Namun tak lama kemudian aku seakan menghilang. Yang kutau hanya sesosok sahabatku yang ada dihadapanku. Menggapaiku dan memelukku erat. Aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Tak mampu berkata-kata. Aku sakit. Aku terluka. Tapi aku tak dapat menahan segalanya. Tak mungkin aku menahanmu disini bersamaku, jika memang akhirnya hatimu sudah berpihak pada orang lain.

Malam ini aku teringat. Ini malam terakhirmu di kota kecil kita. Besok kau akan pergi. Pergi menuntut ilmu dikota sana. Kau akan pergi memulai hidup barumu. Dan ku berdoa, semoga kelak kau akan menjadi orang sukses dan dapat hidup bahagia. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar