Rabu, 22 Januari 2014

Cerita (tentang) Sepi, pada Malam

Hai malam..
Kali ini lagi-lagi kita (harus) berjumpa. Mengucapkan selamat malam kepada orang-orang tercinta. Tersenyum kepadamu dan (juga) kepada mereka.

Hai malam..
Bagaimana kabarmu saat ini? Mendungkah langitmu disana? Atau mungkin justru bintang dan bulan sedang menari bersama cahayanya? Semoga saja begitu..

Minggu, 19 Januari 2014

Jendela(ku)

Pagi ini rintik hujan turun dengan derasnya. Menghapus seluruh debu yang bermukim di atap yang bertengger manis disebelah jendela kamarku. Ku buka lembar daun jendelaku, hanya untuk sekedar menyapa pagi yang telah kesiangan. Hanya sekedar menyapa desau angin yang menghembuskan udara sejuk dan kerinduan. Hanya sekedar tersenyum pada lembaran daun dan burung yang beterbangan dengan bebasnya.

Lembar jendela yang (bagiku) cukup besar itu, selalu menjadi obat kala sepi datang menyapa. Ketika sepi datang menyergap dalam hariku, tak jarang jendela itu yang selalu memberi semangat dan senyuman. Mungkin saja karena ia juga turut merasakan luka yang bernanah dalam hidupku. Ntahlah, aku juga tak pernah paham.


Ruang "..................."

Beberapa bulan telah berlalu sejak kejadian saat itu..

Aku tau, mungkin kau membenciku
Tak ingin lagi menatap mataku
Tak ingin lagi tersenyum padaku..

Malam, (mungkin) Sahabatku

Dulu, malam selalu kunanti. Menjadi obat dari seluruh keresahan bersama mentari.
Dulu malam selalu menjadi sesuatu yang paling ku rindu, ketika pergantian hari kulalui bersama tawa dan rinduku.
Dulu, malam selalu menjadi sumber inspirasiku, ketika bulan dengan cerianya memancarkan cahaya nya kepada bintang.
Tapi sekarang, perlahan, aku mulai membenci malam.