Minggu, 14 September 2014

RUMAH

Air mata memang sangat berarti, paling tidak itulah kesimpulan dari percakapanku dengannya yang belakangan menjadi sahabat malamku. Air mata memang begitu berharga, hingga terkadang manusia selalu berusaha untuk menahannya agar tak mengalir lagi membasahi pipi. 

Hey, taukah kalian? di tempat ini, di waktu ini, air mata itu jatuh lagi. Mengalir lagi dikedua sisi wajahku. Bukan aku terlalu sombong untuk membuang-buang air yang punya banyak arti itu, tapi sungguh, aku tak dapat menahannya. Aku hanya terlalu lelah, terlalu lemah, dan terlalu cengeng untuk menghadapinya. Aku tak lagi mampu menahannya, menyimpannya di lubuk hati ku. 

Beberapa kali aku mendengar, bahwa setiap manusia punya rumah untuk tempatnya pulang. Namun aku tak tau, kini aku harus kemana. Aku tak (lagi) punya siapa-siapa, tak punya rumah untuk tempatku melepas segala lelah ini. Aku menangis di ruang ini. Ruang yang penuh dengan suara riuh dari televisi di hadapanku, namun tak mampu membuatku merasa tenang.

Aku ingat, dulu aku selalu memiliki rumah untuk tempatku pulang melepas segala lelah dan lemah. Aku ingat, dulu segalanya tidak menyiksa ku seperti saat ini. Namun ternyata waktu berkata lain, ia memberiku pelajaran bahwa hidup hanyalah sementara, termasuk dia, rumah tempatku pulang.

Aku terdampar, terus menanti akan ada seseorang yang membawa ku pulang. Namun ternyata tak ada, mereka hanya datang menghampiriku, menatapku dengan tatapan nanar yang sangat memprihatinkan. "Heeey, sungguh malangnya nasibmu gadis" bisikan itu yang terdengar lantang dari telingaku. Aku mencarinya dan aku akhirnya menemukannya. Bisikan lantang tersebut ternyata jelas terdengar dari dalam diriku, dari dalam hatiku. Malang. Iya, itu memang sangat malang.

Hingga akhirnya aku berpasrah, aku pasrah menerima semua keadaan ini. Dan dalam kepasrahan itu, akhirnya aku menemukan petunjuk. Rumah tempatku pulang. Rumah yang menjadi pelindungku dari semua bahaya. Rumah yang tidak akan ada duanya. Rumah itu adalah Dia. Pemilik seluruh alam semesta. Pemilik seluruh hati manusia. Rumah yang sebenar-benarnya rumah. Dialah rumah, yang akhirnya menjadi tempatku berlabuh dari semua masalah dunia ini.

#efek SKRIPSI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar