Malam ini diluar jendela ku sedang turun rintik hujan. Alunan rintik hujannya sangat merdu, menenangkan. Aku suka, dan aku bahagia mendengarkannya.
Kali ini aku ingin bercerita tentang mereka. Tiga gadis unik yang telah merangkulku menjadi saudara-saudara mereka. Memberikan uluran tangannya untukku masuk dalam lingkaran kehidupan mereka di kampus orange ku tercinta. Meskipun, pada awal kakiku melangkah masuk dalam kempus tersebut, bukan mereka yang ada disebelahku. Bukan mereka yang menemaniku melangkah. Yah, akan kuceritakan secara singkat orang pertama yang menjadi teman dekatku diawal perkuliahan. Dia seorang gadis yang tinggi dan ceria, Seorang gadis yang memiliki semangat belajar yang tinggi dan seorang gadis yang selalu ada menemaniku. Kami bersama cukup lama (dalam ukuran mahasiswa baru), namun karena sesuatu hal yang tak ingin lagi ku ingat, kami terpisah, berjalan masing-masing. Kejadian itu cukup lama, hingga pada akhirnya, disalah satu kesempatan matakuliah yang mengharuskan kami saling berinteraksi, kami pun kembali berbaikan. Namun itulah kehidupan, sama seperti sebuah guci dari tanah liat, ketika kita menggenggamnya terlalu erat, mungkin saja iya takkan terjatuh, tapi justru tangan kita yang akan membuatnya retak, bahkan pecah. Dan ketika semuanya telah terjadi, guci itu takkan pernah kembali mulus seperti sedia kala. Ada luka yang membekas disana, yang mungkin takkan pernah pulih seperti awalnya, begitu pula pada persahabatan kami. Tapi bagaimana pun aku tetap bersyukur, karena kami tak harus putus komunikasi dengan lama.

Sahabat baruku yang kedua adalah sahabat dekat Tiong. Dari Tionglah awalnya aku mengenalnya, bahkan menjadi dekat dengannya. Tiong dan dia telah bersahabat sejak Tsanawiyah (SMP), den terus bersama hingga saat ini. Persahabatan mereka yang sudah sejak lama itu membuat mereka sudah saling mengetahui baik dan buruknya antara satu sama lain. Namanya St. Sarah Jacob, namun aku selalu memanggilnya dengan nama Jacki. Nama itu juga merupakan panggilan kesayanganku untuknya. Jacki seorang gadis yang awalnya sangat kalem dan pendiam. Badannya yang sangat kurus dan tinggi itu membuatnya kelihatan tak memiliki daya sama sekali. Gadis yang sangat ramah dan lembut diawal perkenalan kami. Senyuman manis dan hangat selalu ia pamerkan pada orang-orang disekitarnya.
Sikapnya pun tak kalah lincah dari Tiong, namun tidak dalam urusan mandi dan bersiap-siap. Kalau kalian tinggal bersamanya, jangan pernah membiarkannya untuk masuk kedalam kamar mandi duluan, karena sudah bisa dipastikan bahwa kalian akan terlambat untuk sampai ditempat tujuan. Hahaha. Jacki adalah telingaku. Pendengar paling setia ku. Meskipun ku tau, ia pasti sudah sangat bosan mendengarkan kisahku. Tapi aku salut, sangat jarang ia memperlihatkan kebosanannya untuk mendengarkanku. Semakin hari, Jacki semakin berubah. Ia bukan lagi gadis yang lemah, tapi ia sudah seperti super women. Sangat sibuk kesana kemari, mengurus segala organisasi yang ia jalani. Jika Tiong adalah seorang penghitung yang handal, Jacki adalah guru bahasa Inggris kami. Penerjemah ketika kami punya tugas kelompok yang menggunakan bahasa aneh itu. Itulah Jacki, yang semakin lama menjadi gadis yang sangat keras, tegas dan pemegang teguh pendirian. Satu hal yang paling berubah dari Jacki, jaman dahulu, ia sangat tidak bisa marah, namun sekarang, mulai lah banyak orang yang takut ketika melihatnya marah. Sikap dewasa yang ia miliki kini membungkusnya, menjadikannya seorang gadis yang tak lagi dipandang sebagai gadis lemah yang tak dapat berbuat apa-apa. Dan, itulah Jacki, dengan dirinya yang baru.
Kuperkenalkan diriku sendiri. Ratu Ma'rifah Hala nama asliku, namun Chatu adalah nama kesayanganku. Entah bagaimana aku dimata ketiga sahabatku. Aku yang kadang kreatif. Aku yang terlalu lama hidup dengan kisah masa laluku. Aku yang tak tau berhenti bercerita seakan-akan selama ini cerita yang kusampaikan kepada mereka adalah cerita bersambung yang harus mereka dengarkan. Aku yang terlalu muda diantara mereka dan kadang masih sering bersifat kekanak-kanakan. Aku yang selalu mengeluh kepada mereka, dan aku yang terkenal dengan sifat yang aneh dan mood yang tak pernah beraturan. Juga aku yang terlalu sering rindu kepada mereka. Itulah aku, dengan diriku yang tak pernah jelas.
Itulah Kami. Personil dalam rumah kami. Rumah yang dibangun oleh rasa persahabatn dan persaudaraan yang sangat kuat. Hampir 4 tahun kami bersama. Membangun rumah dengan bata kasih sayang, semen persaudaraan, kerikil persahabatan, yang akhirnya kini berdiri dengan kokoh, meskipun hujan, panas, bahkan angin kapanpun akan datang berkunjung. Pernah beberapa kali, kami terpisah. Membentuk persahabatan yang baru dengan teman-teman yang lain. Tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Hilang entah kemana, tak bertemu, tak ada komunikasi antara satu sama lain. Namun pada akhirnya kami semua akan kembali. Pulang kerumah persahabatan kami. Menumpahkan segala rasa ada yang selama ini terpendam. Bercerita, menangis, menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi, tertawa, bahkan hanya duduk bersama bersenda gurau. Terasa hangat dalam rumah kami. Hangat dalam pelukan persahabatan itu. Saling merangkul disaat terjatuh, dan saling merindu disaat terpisah.
Persahabatan ini terlalu indah kawan untuk kita sia-siakan. Toga dikepala kemudian hari tak harus menjadi akhir dari persahabatan ini. Izinkan rasa rindu terus bersemayam dalam hati kalian. Izinkan pohon kasih sayang terus tumbuh menjadi penyejuk persahabatan ini. Sampai kapanpun, kalian tetap menjadi sahabatku. Bahkan mungkin, jika suatu hari nanti kita terpisah jarak yang jauh satu sama lain. Namun kalian harus ingat, kita akan kembali ke rumah kita. Rumah persahabatan kita. Terima kasih untuk persahabatan yang indah ini.
hahha...gado" baca tulisan ini hahah..:D
BalasHapus:')