Minggu, 19 Januari 2014

Ruang "..................."

Beberapa bulan telah berlalu sejak kejadian saat itu..

Aku tau, mungkin kau membenciku
Tak ingin lagi menatap mataku
Tak ingin lagi tersenyum padaku..

Mungkin bagimu,
ini semua terlalu mudah untuk kulalui
terlalu singkat tuk ku hadapi
Namun kau tak pernah tau,
bukan akhir cerita seperti ini yang ku harapkan.

Kala hari itu, ketika kedua bola mataku tepat memandangn kearah mataku,
kita tak lagi diam.
Kau berbicara melalui matamu, 
Namun sayang, aku tak dapat memahaminya.

Kedua mataku sedang berbicara kepadamu,
namun sayang, penolakan itu justru sangat peka untuk kurasakan.
Penolakan itu justru menjadi pisau yang merusak seluruh kepercayaanku

Mungkin aku salah.
Terlalu mudah mengabaikanmu. 
Membiarkanmu dalam diamku yang tak dapat kau pahami.

Namun kau tak pernah tau.
Tidak akan pernah.
Hati dan perasaan itu telah terluka.
Hati dan perasaan itu terus menangis.
Menahan sakit yang tak dapat digambarkan.
Ketika perlahan pintu ruang itu kubuka untukmu,
kau justru masuk dan hanya melihatnya saja.
Tak dapat menerima ruang itu.
Kau ingin mengubahnya, menjadi inginmu.
Aku tak ingin dan aku tak sanggup.

Ruang itu terlalu berharga untukku.
Meskipun pemiliknya telah pergi, menghilang, entah kemana.
Menyisakan ruang hampa yang hanya memiliki bingkai kenangan.
Kau tak dapat menerimanya.
Memintaku mengganti seluruh ruang kenangan tersebut.
Hatiku menolak. Tak ingin. Tak sanggup.
Bukan itu inginnya hatiku.

Kenangan itu terlalu berharga untukku dan jiwa ku.
Aku memang tak (pernah) ingin mati bersamanya,
namun aku ingin tetap menyimpannya dalam ruang itu.
Hatiku memintamu untuk keluar dari ruang itu.
Memintamu masuk kedalam ruang persahabatan.
Namun ternyata kau menolak.
Kau pergi dengan meninggalkan sebilah pisau yang sangat tajam.
Pisau yang tak kau sadari, justru makin melukai hati dan perasaanku
Pisau yang akhirnya membuat luka itu kembali berdarah.
Dalam.
Dan (pasti) berbekas.

Kau pergi. Meninggalkan ku dengan luka dan air mata itu.
Meski dengan tertatih aku meminta mu tetap bertahan disini, kau tetap meninggalkan semuanya.
Tak lagi melihatku yang semakin terkapar dengan luka itu. 
Mungkin kau tak peduli, namun suatu saat nanti, kau akan merasakan,,
Beratnya melepas bingkai kenangan yang terpampang rapi dalam sudut ruang hatimu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar